Minggu, 27 Maret 2011

BATUAN METAMORF


Batuan Metamorf terbentuk dari batuan-batuan sebelumnya yang mengalami perubahan mineral dan struktur akibat pengaruh tekanan dan temperatur. Pembentukan batuan metamorf berlangsung dalam keadan padat (tanpa membentuk larutan batuan). Perubahan mineral ini karena masing-masing mineral stabil hanya pada kondisi kisaran temperatur dan tekanan tertentu. Bila mineral dipanaskan atau mendapat tekanan melampaui batas kestabilannya, mineral akan berubah membentuk mineral lain dengan komposisi kimia yang sama. Jadi, di dalam batuan metamorf tersimpan informasi sejarah temperatur dan tekanan yang dialami batuan itu serta batuan asalnya. Batuan metamorf dapat terbentuk pada temperatur antara 150oC hingga lebih dari 1000oC; dan dengan tekanan antara 1 kilobar hingga lebih dari 10 kilobar. Beberapa batuan metamorf diantaranya adalah marmer (marble), sekis (schist), serpentinit, eklogit dan filit.
Batuan metamorf diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas atas dasar derajat metamorfosanya, yaitu:
  • Batuan metamorfosa derajat rendah;
  • Batuan metamorfosa derjat menengah, dan
  • Batuan metamorf derajat tinggi.
Penamaan Batuan Metamorf
Penamaan batuan metamorf didasarkan atas tekstur, struktur dan komposisi mineral yang menyusun batuan tersebut. Adapun tekstur batuan metamorf terdiri dari: Bentuk butir granoblatik (terdiri dari mineral-mineral granular), lepidoblastik (terdiri dari mineral-mineral pipih), dan nematoblastik (terdiri dari mineral-mineral orthorombik), sedangkan teksturnya ada foliasi, dan non foliasi.
Tekstur foliasi (tekstur batuan metamorf yang memperlihatkan adanya orientasi dari mineralnya). Struktur batuan metamorf dapat terdiri dari struktur schistose (struktur batuan metamorf yang memperlihatkan perselingan orientasi mineral pipih dan mineral granular / nematoblastik), gneistose (struktur batuan metamorf yang memperlihatkan hubungan dari orientasi mineral pipih dan mineral nematoblastik/granular yang saling berpotongan/tidak menerus), hornfelsic (struktur batuan metamorf yang hanya tidak memperlihatkan foliasi).
Derajat Metamorfosa
Derajat metamorfosa adalah suatu tingkatan metamorfosa yang didasarkan atas temperatur (T) atau tekanan (P) atau keduanya T dan P.
Tabel 1.1 : tingkatan batuan metamorf berdasarkan derajat metamorfosa
metamorf1

Tabel 1.2 Nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat metamorfosa, serta batuan asal
metamorf2

Tekstur Khusus Batuan Metamorf

Batuan metamorf berasal dari batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair, dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adealah proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua:
1. Metamorfosa Lokal
Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:
    • Metamorfosa kontak/thermal
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur yang tinggi, dan biasanya jenis ini ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma/ekstrusi dengan batuan di sekitarnya dengan lebar 2 – 3 km. Salah satu contohnya pada zona intrusi yang dapat menyebabkan pertambahan suhu pada daerah disekitar intrusi.

images
Gambar 1.1 Intrusi magma

o    Metamorfosa dinamo/dislokasi/kataklastik
Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam ini biasanya didapatkan di daerah sesar/patahan.
gb4_fault_Wiki-USGS-BBC
Gambar 1.2 zona sesar

2.    Metamorfosa Regional
Tipe metamorfosa ini penyebarannya sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu kilometer. Termasuk dalam tipe ini adalah :



·         Metamorfosa regional/dinamothermal
Terjadi pada kulit bumi bagian dala, dimana faktor yang mempengaruhi adalah temperatur dan tekanan yang tinggi. Proses ini akan lebih intensif apabila diikuti oleh orogenesa.
images
Gambar 1.3 Zona Subduksi

·            Metamorfosa beban/burial
Proses ini tidak ada hubungannya dengan orogenesa dan intrusi, tetapi terjadi pada daerah geosinklin, hingga karena adanya pembebanan sedimen yang tebal di bagian atas, maka lapisan sedimen yang ada di bagian bawah cekungan akan mengalami proses metamorfosa.
images
Gambar 1.4 Cekungan sedimentasi

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
Berikut adalah macam-macam tekstur batuan metamorf.
Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Ø  Relict/Palimpset/Sisa; masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya. Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering disebut batuan metabeku atau metasedimen.
Ø  Kristaloblastik; terbentuk oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Ø  Fanerit; butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
Ø  Afanit; butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Individu Kristal
Ø  Euhedral; bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri.
Ø  Subhedral; bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya.
Ø  Anhedral; bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di sekitarnya.
Ø  Idioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
Ø  Hypidioblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk subhedral
Ø  Xenoblastik; bila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Ø  Lepidoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
Ø  Nematoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
Ø  Granoblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya sutured (tidak teratur) dan umumnya berbentuk anhedral.
Ø  Granuloblastik; bila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas mineralnya unsutured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Tekstur khusus yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi
Ø  Porfiroblastik; terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar dari mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai porphyroblasts.
Ø  Poikiloblastik/sieve texture; tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.
Ø  Mortar texture; fragmen mineral yang lebih besar terdapat pada massa dasar material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing).
Ø  Decussate texture; tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukkan keteraturan orientasi.
Ø  Sacaroidal texture; tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
Berdasarkan jumlah tekstur yang dimilikinya, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Homeoblastik; jika batuan metamorf tersebut hanya memiliki satu tekstur batuan.
2.      Heteroblastik; jika batuan metamorf tersebut memiliki lebih dari satu jenis tekstur batuan.
Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur. Tekstur pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang sekistsis. Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan sumbu lipatannya. Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik.
Contohnya yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran yang fragmental sifatnya.
Gambar 1.5 Kuarsit, salah satu jenis batuan metamorf
                                                                                     
Penelitian menunjukkan bahwa batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.Menurut struktur yang terbentuk, batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu batuan metamorf foliasi dan batuan metamorf non foliasi. telah kita ketahui bahwa batuan metamorf itu terbentuk dari suatu proses penambahan temperatur dan suhu yang terjadi pada suatu batuan.Struktur batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu:
1.            Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
1.    Struktur Slatycleavage
images
Gambar 1.6 Slate

2.    Struktur Gneissic
images
Gambar 1.7 Gneiss

3.    Struktur Phylitic
images
Gambar 1.8 Filit






4.    Struktur Schistosity
images
Gambar 1.9 Skiss

2.         Struktur Non Foliasi                           
Struktur non foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terdiri atas :
·         Struktur Hornfelsik
·         Struktur Milonitik
·         Struktur Kataklastik
·         Struktur Flaser
·         Struktur Pilonitik
·         Struktur Augen
·         Struktur Granulosa
·         Struktur Liniasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar